Kebersihan gigi dan mulut harus diperhatikan terutama pemeliharaan bagi pengguna gigi tiruan. Karena jika tidak dirawat dengan baik bisa teerjadi infeksi dan atau kerusakan gigi, terutama pada gigi tiruan cekat yang masih ada tiruan gigi asli. Dokter gigi akan memeriksa penyebabnya dan merawat sesuai prosedur.
MASA ADAPTASI
Seperti saat sela-sela gigi kita menyangkut sebuah makanan, kita akan terasa kurang nyaman atau risih. Apalagi gigi tiruan sengaja ditempelkan melekat di rongga mulut kita, plat gigi tiruan terasa kurang nyaman dan mengganggu.
Bagi tubuh gigi tiruan adalah benda asing jadi akan timbul reaksi, misalnya air liur (saliva) keluar terus. Menurut Prof. Dr.drg. Lindawati S. Kusdhany, Sp. Pros (K) dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia "Mulut akan terasa penuh dan pula berbicara juga berubah". Umumnya air liur akan diproduksi berlebihan selama 14 hari setelah pemasangan gigi tiruan dan keluhan akan berkurang seiring dengan terusnya pemakaian.
Pada masa awal pemasangan, gigi tiruan sebaiknya dipakai setiap saat termasuk di malam hari di saat tidur. Bila mulut sudah beradaptasi, barulah gigi tiruan dapat dilepas di malam hari. Ini penting untuk memberi kesempatan bagi gusi beristirahat dan mencegah sisa makanan terperangkap, karena plat gigi tiruan akan menutupi gusi dan jaringan di bawahnya.
Setelah gigi tiruan dipasang, kontrol ke dokter gigi yang memasang esok harinya dan satu minggu kemudian. hal ini untuk dokter gigi mencarikan solusinya dan mengetahui juga keluhan pasien. Berlatihlah mengucapkan kata-kata yang sulit. Baca dengan suara keras untuk membiasakan lidah. Gigit gigi tiruan dengan lembut, lakukan gerakan menelan untuk membantu menjaga posisinya saat bicara, tertawa tersenyum atau batuk.
Pada hari ke-15 hingga 1 bulan pemasangan, produksi air liur umumnya sudah jauh berkurang. Makin sering gigi tiruan dipakai untuk beraktifitas makin cepat mulut beradaptasi. Pada masa ini, bisa dicoba mengunyah berbagai jenis makanan.
Kontrol ke dokter gigi 6 bulan sekaliuntuk menilai kondisi gigi tiruan dengan rongga mulut. Pada mereka yang berusia lanjut dan pasien yang memiliki penyakit sistemik harus lebih sering kontrol 3x dalam sebulan. "Biasanya tulang rahang akan menyusut sehingga gigi tiruan akan tidak pas lagi dangan kondisi tulang rahang, sehingga perlu diperbaiki" kata Prof. Linda. Hindari juga melepas gigi tiruan dalam waktu lama, misal dalam tiga bulan karena pada saat dipakei kembali akan terasa tidak pas.
PEREKAT GIGI TIRUAN
Ada kalanya gigi tiruan lepasan membutuhkan perekat. Meski gigi tiruan sudah dibuat dengan baik ada masa ketika kondisi struktur atau jaringan pendukung gigi tiruan sudah tidak memadai. Misal, tulang rahang yang menyusut sehingga kecekatan gigi tiruan tidak maksimal.Juga pada usia yang produksi air liurnya sudah berkurang.
"Air liur berperan penting dalam merekatkan gigi tiruan dengan jaringan pendukung. Bila produksi liur berkuran maka kecekatannya pun berkurang" tegas Prof. Linda, oleh karena itu perekat bisa digunakan.
Perekat cukup dioleskan 1x sehari efeknya bisa 8-12 jam. Penting untuk diketahui bahwa perekat bukan pengoreksi gigi tiruan yang sudah tidak pas. "Bila perekat sudah perekaat sudah dioleskan berkali-kali dan gigi tiruan tidak cekt, berarti gigi tiruan sudah longgar dan perlu diperbaiki" papar Prof. Linda
zat dalam perekat yakni Sodium carboxymethyl cellulose. beberapa survey menyebutkan bahwa perekat dapat mengurangi terselipnya pastikel makanan hingga 74%. Perekat juga dapat berfungsi untuk mengurangi pergeseran gigi tiruan pada saat makan dan bebicara serta meningkatkan kemampuan mengunyah makanan.
Perekat cukup diaplikasikan pada 3 titik di gigi tiruan bagian atas dan 2 titik di rahang bawah. Hindari aplikasi pada pinggir gigi tiruan, agar tidak keluar pada saat gigi tiruan dipasang.